Minggu, 13 Januari 2013

Antibiotik Golongan Beta-Laktam




Antibiotik beta laktam merupakan golongan antibiotika yang pertama kali ditemukan. Meskipun sampai sekarang banyak golongan antibiotika dengan berbagai variasi sifat dan efaktivitasnya terhadap bakteri, namun demikian antibiotika ini masih sering dipergunakan sebagai obat pertama dalam mengatasi suatu infeksi. Golongan antibiotika ini secara umum tidak tahan terhadap pemanasan, mudah rusak suasana asam dan basa serta dapat diinaktifkan oleh enzim beta laktamase.
Golongan antibiotika yang memiliki kesamaan komponen struktur berupa adanya cincin beta-laktam dan umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Terdapat sekitar ± 56 macam antibotik beta-laktam yang memiliki antivitas antimikrobial pada bagian cincing beta-laktamnya dan apabila cincin tersebut dipotong oleh mikroorganisme maka akan terjadi resistensi terhadap antibiotik tersebut.

Mekanisme kerja

Antibiotik beta-laktamase bekerja membunuh bakteri dengan cara menginhibisi sintesis dinding selnya. Pada proses pembentukan dinding sel, terjadi reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim transpeptidase dan menghasilkan ikatan silang antara dua rantai peptida-glukan. Enzim transpeptidase yang terletak pada membran sitoplasma bakteri tersebut juga dapat mengikat antibiotik beta-laktam sehingga menyebabkan enzim ini tidak mampu mengkatalisis reaksi transpeptidasi walaupun dinding sel tetap terus dibentuk. Dinding sel yang terbentuk tidak memiliki ikatan silang dan peptidoglikan yang terbentuk tidak sempurna sehingga lebih lemah dan mudah terdegradasi.
Pada kondisi normal, perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri gram negatif dan di lingkungan akan membuat terjadinya lisis sel. Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan antibiotik beta-laktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti dinding sel bakteri tersebut. Dengan demikian, bakteri yang kehilangan dinding sel maupun mengalami lisis akan mati.



Jenis-jenis

v  Penisilin

Penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu inti siklik dengan satu rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin beta laktam. Rantai samping merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal . dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh berbagai jenis penisilin, misalnya penisilin G, radikalnya adalah gugus benzil. Penisilin G untuk suntikan biasanya tersedia dalam garam N atau K. Bila atom H pada gugus karboksil diganti dengan prokain, diperoleh penisilin G prokain yang sukar larut dalam air, sehingga dengan suntikan IM akan didapat absorbsi yang lambat, masa kerja lambat.
Berdasarkan spektrum aktivitas antimikrobialnya, penisilin terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu penisilin dini (terdahulu), penisilin spektruk luas, penisilin anti-stafilokokal, dan penisilin anti-pseudomonal (spektrum diperluas). Penisilin dini secara aktif mampu melawan bakteri yang sensitif, seperti golongan Streptococcus beta-hemolitik, Streptococcus alfa-hemolitik dikombinasikan dengan aminoglikosida), pneumococcus, meningococcus, dan kelompok Clostridium selain C. difficile. Contoh dari penisilin terdahulu adalah penisilin G dan penisilin V.
Penisilin spektrum luas memiliki kemampuan untuk melawan bakteri enterik dan lebih mudah diabsorpsi oleh bakteri gram negatif namun masih rentan terhadap degradasi beta-laktamase, contohnya ampisilin, amoksisilin, mesilinam, bacampicillin, dll. Penisilin anti-stafilokokal dikembangkan pada tahun 1950-an untuk mengatasi S. aureus yang memproduksi beta-laktamase dan memiliki keunggulan tahan terhadap aktivitas beta-laktamase. Contoh dari golongan ini adalah methicillin dan cloxacillin. Penisilin anti-pseudomonal dibuat untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif basil, termasuk Pseudomonas aeruginosa, contoh dari penisilin golongan ini adalah carbenicillin, ticarcillin, Azlocillin, dan piperacillin.
Aktivitas kerrja
Penisilin Menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding mikroba. Terhadap mikroba yabg sensitif, penislin akan menghasilkan efek bakterisid.

Golongan Beta Laktam lainnya.

v  Sefalosporin

Antibioik sefalosporin terbagi menjadi 4 generasi,
·         Pertama adalah cephalothin dan cephaloridine yang sudah tidak banyak digunakan. In vitro sefalosporin golongan pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman Gram- positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktifitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap kuman gram positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktifitas terhadap bakteri pengasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar S. Aureus dan streptococus Pyogenes, S. Viridans dan S. Pneumoniae.

·         Generasi kedua (antara lain: cefuroxime, cefaclor, cefadroxil, cefoxitin, dll.) digunakan secara luas untuk mengatasi infeksi berat dan beberapa di antaranya memiliki aktivitas melawan bakteri anaerob.. Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram positif dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif misalnya H. Influenzae, P mirabilis, E. Coli dan klebsiella. Terhadap P.aeuriginosa dan enteroan empedu golongan ini tidak dianjurkan karena dikhawatirkan enterokokus termasuk salah satu penyebab infeksi.

·         Generasi ketiga dari sefalosporin (di antaranya: ceftazidime, cefotetan, latamoxef, cefotetan, dll.) dibuat pada tahun 1980-an untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri gram negatif-basil.

·         Generasi keempat dari sefalosforin
Antibiotika golongan ini (misalnya sefepim, dan sefpirom) mempunyai spektrum aktifitas lebih luas dari generasi ketiga dan lebih stabil pada hidrolisis oleh betalaktamase. Antibiotika tersebut dapat berguna untuk mengatasi infeksi kuman yang resisten terhadap generasi ketiga.

v  Carbapenem

Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang digunakan untuk perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki kemampuan antibakterial yang sangat baik untuk melawan bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus, dan bacteroides). Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim tertentu untuk melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam tubuh.

v  Monobactam

Golongan ini memiliki struktur cincin beta-laktam yang tidak terikat ke cincin kedua dalam molekulnya. Salah satu antibiotik golongan ini yang umum digunakan adalah aztreonam yang aktif melawan berbagai bakteri gram negatif, termasuk P. Aerugino.


Daftar pustaka
www.wikipedia.com
farmakologi dan terapi edisi 5 halaman 664- 693

Antimikroba



Antimikroba
                                                                                              
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat mikroba jenis lain. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi  pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba , tetapi relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksisitas selektif absolut belum atau mungkin tidak akan diperoleh.

Pembahasan
·         Aktifitas dan spektrum
Berdasarkan sifat toksik selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktifitas bakteriostatik; dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktifitas bakterisid. Kadar hambatan minimal(KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktifitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM.

·         Mekanisme kerja
Berdasarkan mekanisme kerja, antimikroba dibagi menjadi 5 kelompok

1.    ANTIMIKROBAYANG MENGHAMBAT METABOLISME SEL MIKROBA.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik.

2.    ANTIMIKROBA YANG MENGHAMBAT SINTESIS DINDING SEL MIKROBA.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah penisilin,sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin. Dinding sel bakteri, terdiri dari polipeptidoglikan.

3.    ANTIMIKROBA YANG MENGGANGGU KEUTUHAN MEMBRAN SEL MIKROBA.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah polimiksin, golongan polien, serta berbagai antimikroba kemoterapeutik umpamanya antiseptik surface active agents. Polimiksin sebagai senyawa amonium-kuartener dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fospolipidmembran sel mikroba.

4.    ANTIMIKROBA YANG MENGHAMBAT SINTESIS PROTEIN SEL MIKROBA
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah golongan aminooglikosid makrolit, linkomisin,tetrasklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensisntesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas 2 sub unit, yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 3OS dan 5OS. Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS. Penghambatan sintesis protein terjadi dengan berbagai cara.

5.    ANTIMIKROBA YANG MENGGANGGU KEUTUHAN MEMBRAN SEL MIKROBA
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah rifamfisin, dan golongan kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sifat sitotoksisitasnya, pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker; tetapi beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus. Yang akan dikemukakan di sini hanya kerja obat yang berguna sebagai antimikroba, yaitu rifampisin dan golongan kuinolon. 

·         Resistensi
Secara garis besar kuman dapat menjadi resisten terhadap suatu AM melalui 3 mekanisme :
a)    Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya didalam sel mikroba.
b)    Inaktifasi obat.
c)    Mikroba mengubah tempat ikatan (binding site) AM.

·         Efek samping
v  REAKSI ALERGI
Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes.terjadinya tidak bergantung pada besarnya dosis obat . Manifestasi gejala dan derajat beratnya reaksi dapat bervariasi.


v  REAKSI IDIOSINKRASI
Gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik terhadap pemberian antimikroba tertentu. Sebagai contoh 10% pria berkulit hitam akan mengalami anemia hemolitik berat bila mendapat primakulin. Ini disebabkan mereka kekurangan enzim G6PD.

v  REAKSI TOKSIK
AM pada umumnya bersifat toksik-selektif , tetapi sifat ini relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua  jenis antimikroba.

v  PERUBAHAN BIOLOGIK DAN METABOLIK
Pada tubuh hospes, baik yang sehat maupun yang menderita infeksi, terdapat populasi mikroflora normal.

·         Faktor yang mempengaruhi farmakodinamik dan farmakokinetik
a.    Umur
b.    Kehamilan
c.    Genetik
d.    Keadaan patologik tubuh hospes 

·         Sebab kegagalan terapi
1)    Dosis yang kurang
2)    Masa terapi kurang
3)    Adanya faktor mekanik
4)    Kesalahan dalam menetapkan etiologi.
5)    Faktor farmakokinetik
6)    Pilihan antimikroba yang kurang tepat.

·         Kombinasi antimikroba
Kombinasi AM yang digunakan menurut indikasi yang tepat dapat memberi mannfaat klinik yang besar. Terapi kombinasi AM yang tidak terarah akan meningkatkan biaya dan efek samping, akan menseleksi galur kuman yang resisten terhadap banyak antimikroba, dan tidak meningkatkan efek aktifitas terapi.

Daftar pustaka
Farmakologi dan terapi halaman 585-598

Selasa, 16 Oktober 2012

Sulfonamida

Sulfonamida
Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar yang sama,yaitu H2N-C2H-SO2NHR, dan R adalah bermacam- macam substituen. Pada prinsipnya senyawa- senyawa ini dapat digunakan untuk menghadapi berbagai infeksi.
*      Aktifitas dan Mekanisme kerja
Obat ini memilik kerja bakteriostatis yang luas terhadap bakteri gram –postif dan gram – negatif; terhadap Pseudomonas , Proteus dan streptococcus faecalis tidak aktif.
Mekanisme kerjanya berdasarkan pencegahan sintesis (dihidro)folat dalam kuman dengan cara antagonisme saingan denga PABA. Banyak jenis bakteri membutuhkan asam folat untuk membangun asam-asam intinya DNA dan RNA. Asam folat ini dibentuknya sendiri dari bahan-pangkal PABA(=para-aminobenzoid acid)  yang terdapat dimana-mana dalam tubuh manusia.
*      Penggunaan
Sulfonamida adalah kemoterapeutika berspektrum luas yang ditahun 1950-an sampai dengan 1970-an banyak digunakan terhadap bermacam-macam penyakit infeksi oleh baik kuman gram-positif maupun negatif dengan sukses. Sejak tahun 1980-an , penggunaannya sudah banyak sekali berkurang karena telah ditemukan berbagai antibiotik baru dengan efek bakterisid yang lebih efektif dan aman. Penggunaan oral sulfonamid dan senyawa-senyawa kombinasinya yakni sebagai
a.    Infeksi saluran kemih: sulfametizole, sulfafurazol, dan kotrimoksazol sering digunakan sebagai desinfektan gangguan saluran kemih bagian atas yang menahun.
b.    Infeksi mata: sulfasetamida, sulfadikramida, dan sulfametizole digunakan sebagai infeksi mata disebabkan oleh kuman-kuman yang peka terhadap sulfonamid.
c.    Radang usus: sulfasalazin: khusus digunakan pada penyakit radang usus kronis Crohn dan Colitis.
d.    Malaria topica
e.    Radang otak

*      Efek samping
Kerusakan parah pada sel-sel darah, yang berupa antara lain agranulositosis dan anemia hemolitis. Reaksi alergi , gangguan saluran cerna(mual,muntah, diare dan sebagainya). Bahaya kristaluria.
*      Dosis
  1. Sulfonamide kerja singkat rata-rata digunakan 50-100 mg/kg bobot badan per hari secara oral
  2. Sulfonamide kerja sedang rata-rata digunakan 25-50 mg/kg bobot badan per hari secara oral
  3. Sulfonamide kerja panjang rata-rata digunakan 10-20 mg/kg bobot badan per hari secara oral
*      Interaksi obat
Sulfonamid dapat berinteraksi dengan antikoagulan oral, antidiabetik sulfonylurea dan fenitoin. Penggunaan sulfonamide sebagai obat pilihan pertama dan untuk pengobatan penyakit infeksi tertentu makin terdesak oleh perkembangan obat antimikroba lain yang lebih efektif serta meningkatkanjumlah mikroba yang resisten terhadap sulfa. Namun peranannya meningkat kembali dengan di temukannya kotrimoksazol.
*      * Kontra indikasi
Tidak digunakan pada pasien penyakit ginjal, insufiensi jantung, porfiria akut, defisiensi bawaan dari glukosa-6-fosfat-dehidrigenase, kerusakan parenkim hati, hipersensitifitas terhadap sulfonamide, wanita hamil, dan bayi baru lahir.

Referensi
 Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs kirana Rahardja. obat-obat penting edisi kelima.khasiat, penggunaan dan efek- efek samppingnya. Edisi 5.kelompok gramedia,jakarta,2002.